Killbill1’s Weblog

 

tampilan halaman depan tiket masukbagian belakang tiket masuk

250cc (start)

Start kelas 250cc

biaggi (pole)

Biaggi di depan Ukawa 2

biaggi (leading)

Biaggi(1) di depan Ukawa

biaggi (win)

Biaggi finish 1

NSR250 biaggi

Honda NSR250 Biaggi

biaggi (pitboard)

Pit Board nya Max Biaggi

harada (aprillia)

Aprilia RSW250 Harada

criville (motor)

Honda NSR500 Criville

okada (motor)

Honda NSR500 Okada

okada n doohan (motor)

Honda NSR500 Okada

Sambil menunggu ke(tidak)pastian kapan waktu dan lokasi akan dilaksanakannya kejuaraan dunia MotoGP di negeri kita. Bertepatan hari ini 20 tahun yang lalu, saya coba bongkar arsip sambil nostalgia sedikit cerita yang pernah merasakan langsung suasana paddock, tribun, dan sirkuit selama menyaksikan langsung 3 hari pada tanggal 26-28 September 1997 (Fractice, Qualification, Race) dalam kilas balik saat Indonesia terakhir kali menjadi tuan rumah salah satu seri gelaran kejuaraan dunia balap motor tingkat tertinggi saat itu masih bernama GP500. Seri Sentul bertajuk Marlboro Indonesian Grand Prix ’97 merupakan seri ke-14 dari 15 seri GP500 digelar setelah GP Catalunia (Barcelona) dan sebelum seri terakhir di GP Australia (Philips Island).

Meski diterpa imbas krisis moneter dengan bergerak naiknya nilai tukar Dollar terhadap Rupiah yang sebelumnya di kisaran di bawah Rp2.700/$ merangkak di atas Rp3.000 yang mulai menyerang negara-negara Asia sejak bulan Juli,. Indonesia tetap komitmen menyelenggarakan event besar ini.Saat itu mesin yang digunakan masih jenis 2 langkah/ 2 tak melombakan kelas 125cc, 250cc, 500cc.

Tentu saja zaman itu (belum ada kamera, gajet dan henpon pintar juga internet murah) paling terkenal Mick Doohan (sering diplesetkan jadi Make Doomination karena terlalu mendominasi) dan si Roman Emperor alias Massimiliano “MAX” Biaggi yang menjadi pemberitaan dan bintang. Sementara VR46 tentu kalah popularitas dan masih dianggap pemula calon bintang masa depan. Siapa peduli dengan VR46 remaja 17 tahun rambut cepak semi gundul warna kuning yang mondar-mandir bebas di belakang area paddock tanpa ada gangguan kejaran wartawan atau penggemar yang mau ajak foto bareng itu adalah juara dunia 125cc.

  1. Kelas 125cc …”Keperkasaan sang calon legenda VR46”

Dengan qualification time record 1 menit 34,745 detik start diposisi ke-4 baris pertama, menempati pole position oleh Jorge Martinez alias Aspar. Total 26 laps. Di lap ke-2 VR46 sudah ambil alih posisi di depan, di saat sepertiga lomba (laps ke-10) VR46 sudah memimpin jauh hampir 4 detik mendahului pembalap kedua (Kazuto Sakata), VR46 juara dengan selebrasi wheelie sejak keluar dari last corner hingga dekat finish line, diikuti 2 pebalap Aprilia lainnya yaitu Kazuto Sakata (posisi ke-2) dan Jorge Martinez (posisi ke-3) menuju podium. Catatan waktu tercepat saat race VR46 (1 menit 33,044 detik) malah lebih cepat di banding pole position (1 menit 34,393 detik).

Sebelumnya VR46 sudah memastikan gelar juara dunia 1997 sebelum seri Sentul ini sejak seri Brno. Di awal karirnya tahun 1996, VR46 hanya menempati posisi ke-11 di Sentul.

  1. Kelas 250cc …”Pembuktian Biaggi”

berbeda dengan kelas 250cc dimana Biaggi yang sebelumnya berturut-turut 3 kali juara dunia dengan Aprilia, tahun ini pindah ke Honda sebagai pembuktian sanggup mempertahankan gelar juara dengan motor berbeda dan persiapan sebelum naik ke kelas 500cc di tahun 1998. Walau masih tertinggal point klasemen dan bersaing ketat dengan lawan-lawan beratnya hingga seri penutup.

Dengan best time record (1 menit 27,438 detik) start di pole position. Sejak start Biaggi sudah posisi di depan, sampai pertengahan lomba (laps ke-15) Biaggi terus memimpin jauh hingga finish 28 laps terpaut lebih 6 detik dengan Tohru Ukawa (posisi ke-2) dan Olivier Jacque (posisi ke-3) mengisi podium.Ketiganya menggunakan Honda NSR 250. Ini pembalasan kekalahan Max Biaggi saat itu masih di Aprillia berduel melawan Tetsuya Harada yang di tahun 1996 masih menggunakan Yamaha TZR250.

  1. Kelas 500cc…”Doohan juga bisa dikalahkan”

Mick Doohan lebih keterlaluan lagi rekornya selama 1997 dengan mendominasi 12 kemenangan (sebelumnya hanya kalah tipis dari Alex Criville di Seri ke-2 Jerez dan kecelakaan di Philip Island) dari total 15 seri atau dengan kata lain total persentasi kemenangan hingga 80%. Bahkan di tahun 1997 itu saking perkasanya Doohan, orang hanya menunggu dan menebak siapa pebalap yang menemaninya naik podium.

Di seri Sentul ini trio Repsol Honda menempati starting grid paling depan setelah latihan bebas dan kualifikasi mencetak waktu fantastis kurang dari 1 menit 26 detik. Sejak start mereka memimpin di depan dan mulai lap 20 keatas hanya tinggal duel seru Doohan (1) versus Okada (7), dan Okada bisa mendahului Doohan setelah keluar di akhir tikungan jelang finish line dengan selisih waktu tipis.

Bagi yang pernah menonton langsung (di sirkuit atau di televisi) ajang balapan GP500 seri Sentul itu… pastinya sudah berumur tua atau bukan remaja lagi.  Selamat bernostalgia.

Ini dia motor 2 tak (orang kita nyebut begitu,kalo di Malaysia 2 lejang,kalo bahasa Inggrisnya 2 stroke) bertulang bawah (underbone, kita masih salah kaprah dengan pikiran anderbun sebagai motor bebek balap) yang sempat menjadi legenda balap motor di Asia Tenggara sekitar tahun 1994 s/d 1998’an. Honda Nova Tena sebagai salah satu kontestan balap saat itu yang dipakai hampir semua pembalap Thailand selalu mendominasi kejuaraan untuk kelas underbone 110-115cc, dengar-dengar sih HRC juga ikut membantu. Motor yang secara spesifikasi teknis jauh diatas pesaingnya ini, hampir susah dikalahkan apalagi kalo bermain di sirkuit permanen yang mengumbar power.

Spesifikasi umum : Mesin 2 langkah, kapasitas silinder 109cc, persneling 5 speed kopling manual untuk tipe RS udah closed ratio lagi, kalo tipe R atau S hanya 4 speed dengan kopling otomatis, rem depan udah depan belang pake cakram untuk tipe RS, sedangkan tipe R depan aja yang cakram sementara belakang cuma pake tromol, suspensi depan udah ayam jago, belakang udah monosok (kecuali tipe S yang merupakan seri awal belum monosok).

Sementara untuk tingkat nasional dimana kelas puncak balap motor tanah air masih mengagungkan kelas 2 tak 110-115 cc sebagai primadona, maka kehadiran Honda Nova Tena (versi tanpa radiator yang mana bisa dilihat dari silinder head pakai model pendingin sirip) beberapa tahun kemudian mulai menggerogoti kejayaan Suzuki dan Yamaha. Bahkan kelewat ngetopnya ini motor, beberapa tahun kemudian Honda Nova Tena warna putih (versi radiator) menjadi andalan pada masa awal mekanik kondang roadrace nasional Star Motor (Benny Jatiutomo) ikut balapan yang saat itu dijoki oleh Imanuddin (18), untuk tahun selanjutnya Honda Nova Tena (versi tanpa radiator yang mana bisa dilihat dari silinder head pakai model pendingin sirip) bersama Benny Jatiutomo mengantarkan Ahmad Jayadi (17) menjadi juara nasional yang sudah menggunakan sistem region dan final di Sentul dan tahun berikut kembali mempertahankan juara nasional melalui pembalap Rafid Poppy Sugiarto (77) mengobrak-abrik dominasi pembalap top roadrace nasional Hendriansyah yang saat itu membela Suzuki.

Karena waktu itu belum ada importir umum atau gak dijual di Indonesia apalagi Honda Indonesia juga gak ngeluarin motor ini, sebagai pelampiasan karena belum bisa beli atau memiliki maka buat tampilan part/onderdil seperti lampu depan atau lampu belakang (tail lamp) menjadi bagian yang bisa di aplikasi ke motor yang udah dimodifikasi.

Laman